Dunia tren konsumen terus berubah, dengan teknologi baru, perubahan prioritas, dan perubahan perilaku yang membentuk kembali lanskap dengan kecepatan yang sangat tinggi. Saat kita memasuki tahun 2024, merek-merek yang gagal memantau perkembangannya berisiko tersesat dalam kekacauan. Untuk membantu Anda tetap menjadi yang terdepan, kami telah menyelidiki tren konsumen terkini, mulai dari meningkatnya pengaruh AI hingga lonjakan belanja sosial dan semakin pentingnya privasi data.
Daftar Isi
● Perombakan Media Sosial
● Pencarian Menjadi Sosial
● Mengatasi Ketidakpastian Ekonomi
● Bangkitnya Konsumen yang Sadar
● Usaha Kecil Membuat Kehebohan Besar
● Pergeseran Perilaku & Tren Pembelian
Perombakan Media Sosial
Perbatasan Baru Belanja
Platform media sosial telah berkembang jauh melampaui asal usulnya hanya sebagai alat komunikasi. Mereka kini berfungsi sebagai pusat penemuan dan pembelian produk, dengan 41% konsumen telah menemukan produk di media sosial dalam tiga bulan terakhir saja. Tren ini terutama terlihat di kalangan generasi muda, dimana generasi Z dan Millenial memimpin tren ini.
Menurut Hubspot Blog Research, 25% pengguna media sosial telah melakukan pembelian langsung melalui platform sosial pada kuartal terakhir, dan angka ini meningkat menjadi 43% baik untuk Gen Z maupun Milenial sejak Januari 2024. Pengaruh media sosial kepribadian juga terlihat jelas, dengan 21% pengguna membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer pada periode yang sama.
Ketika belanja sosial mendapatkan momentum, merek harus menyesuaikan strategi mereka untuk memanfaatkan perubahan ini. Berinvestasi dalam periklanan media sosial yang ditargetkan, membina hubungan dengan influencer, dan mengoptimalkan pengalaman belanja sosial akan menjadi kunci kesuksesan dalam lanskap ritel baru ini.
Platform Baru, Mengubah Selera
Meskipun Facebook, YouTube, dan Instagram tetap menjadi platform media sosial yang paling banyak digunakan, mereka mengalami pertumbuhan paling lambat di antara platform-platform yang disurvei. Penggunaan Facebook tetap stagnan dari tahun ke tahun, sementara Instagram dan YouTube mengalami penurunan masing-masing sebesar 5% dan 2%. Sebaliknya, platform baru seperti BeReal (pertumbuhan 333%), Twitch (pertumbuhan 43%), dan TikTok (pertumbuhan 21%) dengan cepat mendapatkan daya tarik, terutama di kalangan pemirsa muda.
Pada tahun 2024, aplikasi media sosial terpopuler adalah Facebook (penggunaan 71%), YouTube (61%), Instagram (42%), TikTok (37%), dan X, Snapchat, dan Pinterest (semuanya 23%). Meskipun peringkat LinkedIn lebih rendah dalam daftar, penggunaannya dapat berfluktuasi secara musiman berdasarkan tren perekrutan dan promosi di tempat kerja.
Bagi para pemasar, perubahan ini menggarisbawahi pentingnya mendiversifikasi strategi media sosial dan tetap menyesuaikan diri dengan karakteristik unik dan peluang yang dihadirkan oleh platform-platform baru. Dengan menerapkan pendekatan multi-platform dan menyesuaikan konten dengan kekuatan masing-masing platform, merek dapat berinteraksi secara efektif dengan audiens target mereka dan tetap relevan dalam lanskap media sosial yang terus berkembang.
Pencarian Menjadi Sosial
Munculnya media sosial tidak hanya berdampak pada kebiasaan berbelanja tetapi juga cara orang mencari informasi secara online. Menurut laporan tren pelanggan Hubspot, 32% konsumen kini beralih ke media sosial untuk melakukan penelusuran, dengan hampir sepertiga dari mereka yang berusia 18-54 tahun lebih memilih penelusuran sosial dibandingkan mesin telusur tradisional.
Pergeseran ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk keinginan untuk mendapatkan hasil penelusuran yang lebih personal dan menarik secara visual, serta semakin besarnya pengaruh konten buatan pengguna dan rekomendasi rekan. Namun, meskipun popularitas pencarian sosial semakin meningkat, mesin pencari masih dianggap sebagai cara paling efektif untuk menemukan informasi, dengan 68% konsumen menilainya seperti itu.
Untuk memanfaatkan perilaku penelusuran yang terus berkembang ini, merek harus mengadopsi pendekatan holistik terhadap pengoptimalan mesin telusur (SEO) yang mencakup mesin telusur tradisional dan platform media sosial. Ini berarti membuat konten yang tidak hanya kaya akan kata kunci tetapi juga menarik secara visual, dapat dibagikan, dan disesuaikan dengan fitur dan algoritma unik dari setiap platform. Dengan melakukan hal ini, merek dapat meningkatkan visibilitas, jangkauan, dan keterlibatan mereka di berbagai titik kontak, yang pada akhirnya mendorong lebih banyak lalu lintas dan konversi.
Menavigasi Ketidakpastian Ekonomi
Ketika perekonomian global terus menghadapi tantangan, sentimen dan perilaku konsumen pasti terkena dampaknya. 57% konsumen yang disurvei percaya bahwa AS saat ini berada dalam resesi, dengan 55% konsumen memperketat anggaran mereka sebagai respons dan 47% secara aktif bersiap menghadapi potensi penurunan ekonomi.
Kekhawatiran akan keamanan kerja juga meningkat, dengan 50% responden mengkhawatirkan prospek pekerjaan mereka. Menariknya, meningkatnya penggunaan AI di tempat kerja mungkin berkontribusi terhadap kekhawatiran ini, karena beberapa pekerja khawatir bahwa otomatisasi dapat menyebabkan perpindahan pekerjaan.
Untuk menghadapi masa-masa yang tidak pasti ini, merek harus fokus dalam memberikan nilai kepada pelanggannya dan menunjukkan empati serta pemahaman terhadap masalah keuangan mereka. Hal ini mungkin melibatkan penawaran opsi produk yang lebih terjangkau, penerapan rencana pembayaran yang fleksibel, atau penyediaan dukungan dan sumber daya tambahan untuk membantu pelanggan menghadapi tantangan ekonomi.
Bangkitnya Konsumen yang Sadar
Dalam iklim kesadaran sosial saat ini, konsumen semakin mengharapkan merek untuk mengambil sikap terhadap isu-isu penting. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa 62% konsumen percaya bahwa perusahaan harus mengatasi masalah sosial dan politik secara terbuka, dan 29% lebih cenderung membeli dari merek yang sejalan dengan nilai-nilai mereka.
Menariknya, permasalahan utama yang diinginkan konsumen untuk diatasi oleh suatu merek berbeda-beda di setiap generasi. Gen Z memprioritaskan layanan kesehatan yang terjangkau, keadilan rasial, dan perubahan iklim.
Untuk menavigasi lanskap yang kompleks ini, merek harus hati-hati mempertimbangkan isu mana yang sesuai dengan target audiens mereka dan secara otentik mengintegrasikan advokasi sosial ke dalam keseluruhan misi dan strategi mereka. Hal ini mungkin melibatkan kemitraan dengan organisasi terkait, mendukung inisiatif komunitas, atau menggunakan platform mereka untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan positif.
Namun, penting bagi merek untuk melakukan pendekatan advokasi sosial dengan ketulusan dan konsistensi. Konsumen dapat dengan cepat melihat upaya tidak autentik atau oportunistik untuk memanfaatkan gerakan sosial, yang dapat menjadi bumerang dan merusak reputasi merek. Dengan benar-benar terlibat dalam permasalahan yang penting bagi pelanggan dan mendukung perkataan mereka dengan tindakan yang bermakna, merek dapat membina hubungan yang lebih dalam, menginspirasi loyalitas, dan berkontribusi pada dunia yang lebih baik.
Usaha Kecil Membuat Gebrakan Besar
Di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh ketidakpastian perekonomian dan dominasi perusahaan besar, konsumen semakin mendukung usaha kecil. Seperti dilansir HubSpot, 52% konsumen mengatakan bahwa produk yang dibuat oleh usaha kecil membuat mereka lebih cenderung melakukan pembelian, meningkat 18% dari tahun sebelumnya. Selain itu, 46% responden secara aktif memilih untuk membeli suatu produk secara spesifik karena produk tersebut dibuat oleh usaha kecil, juga naik 18% dari tahun lalu.
Meningkatnya dukungan terhadap usaha kecil mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam nilai-nilai dan prioritas konsumen. Banyak konsumen menghargai produk unik, layanan yang dipersonalisasi, dan ikatan komunitas yang ditawarkan oleh usaha kecil, dan memandang pembelian mereka sebagai cara untuk mendukung perekonomian lokal dan menumbuhkan kewirausahaan.
Pergeseran Perilaku & Tren Pembelian
Meskipun kemajuan pesat dalam AI dan otomatisasi, konsumen masih menghargai interaksi manusia dalam hal layanan pelanggan. 56% konsumen lebih memilih untuk berbicara dengan perwakilan layanan pelanggan manusia, sementara hanya 11% lebih memilih chatbot yang didukung AI. Preferensi ini bahkan lebih menonjol di kalangan generasi tua, dengan 65% generasi Baby Boomer lebih menyukai dukungan manusia.
Dalam hal perilaku penelusuran, laporan ini menyoroti semakin pentingnya strategi mobile-first dan bangkitnya “kreator” sebagai sumber informasi dan inspirasi yang berpengaruh. Sebanyak 91% konsumen telah membeli suatu produk setelah melihat hasil penelusuran yang relevan di perangkat seluler mereka, hal ini menunjukkan perlunya merek mengoptimalkan konten mereka untuk penemuan dan konversi seluler. Selain itu, 59% konsumen telah membeli produk yang direkomendasikan atau dipromosikan oleh pembuat konten, hal ini menunjukkan kekuatan pemasaran influencer dalam mendorong penjualan.
Dalam hal belanja media sosial, Facebook muncul sebagai platform paling tepercaya, dengan 33% konsumen menyatakan keyakinannya untuk melakukan pembelian melalui situs tersebut. Instagram berada di peringkat berikutnya dengan 31%, sementara TikTok berada di peringkat ketiga dengan 22%. Ketika perdagangan sosial terus mendapatkan daya tarik, merek harus fokus dalam membangun kepercayaan dan kredibilitas pada platform ini dengan memberikan informasi produk yang akurat, harga yang transparan, dan dukungan pelanggan yang responsif.
Harapan konsumen yang tinggi terhadap keakuratan dan keaslian produk harus diutamakan. Sebanyak 83% responden mengharapkan produk sesuai dengan deskripsi atau gambaran mereka secara online, sementara 75% mengatakan bahwa informasi produk yang menyesatkan akan berdampak negatif terhadap persepsi mereka terhadap suatu merek. Untuk memenuhi ekspektasi tersebut, merek harus lebih berhati-hati dalam menawarkan deskripsi produk yang jelas dan detail, dibandingkan berfantasi tentang produknya. Jika tidak, pembeli yang lebih muda ini lebih cenderung meminta pengembalian dana.
Kesimpulan
Tren dan wawasan konsumen terkini mengungkap lanskap yang dinamis dan berkembang pesat, yang dibentuk oleh kemajuan teknologi, ketidakpastian ekonomi, dan pergeseran nilai-nilai sosial. Untuk berkembang dalam lingkungan ini, merek harus mengadopsi pendekatan multi-platform, memprioritaskan keterlibatan otentik, dan menunjukkan transparansi, empati, dan komitmen tulus terhadap kesejahteraan pelanggan mereka. Dengan tetap gesit, selaras dengan kebutuhan konsumen yang terus berkembang, dan menyelaraskan dengan nilai-nilai mereka, bisnis dapat membina hubungan yang lebih dalam dengan audiens mereka dan mengamankan tempat mereka di hati dan pikiran konsumen di tahun-tahun mendatang.